Assalamualaikum W.W.
Apa kabar anak-anak? hari ini kita masih belajar tentang drama. Jika minggu lalu kalian belajar tentang materi drama, hari ini kita akan mempraktikkan analisis unsur-unsur drama.
Berdoa terlebih dahulu sebelum masuk materi!
Operasi yang Sukses
(Empat orang masuk arena pertunjukan. Satu orang yang sakit di atas tempat tidur digotong
dua orang. Satu orang lagi sebagai ibu yang latah)
Otong : “Aduh! ...
Hemm...Heeemmm...!” (mengerang karena sakit payah).
Ayah : “Sudah-sudah,
turunkan di sini!” (tempat tidur diturunkan).
Otong : “Aduh....!
Heemmm...! Ingin minum....Air...!” Ibu : “Minum....Otong? Haus? Nanti,nanti,
nanti (mondar-mandir, linglung)...Apa... yaa?”
Ayah : (membentak)
“Cepat, Bu!”
Ibu : “Eh...air! Oh,
ya...air!” (terus keluar dari arena dan kembalinya membawa ember berisi air).
“Otong, Otong...! Ini airnya, Ibu bawakan banyak sekali!”
Ayah : “Ya, Allah! Ibu!
Apa tidak ada gelas?”
Ibu : “Ini saja biar
kenyang!” (Otong segera didudukkan dan ibu mengangkat ember untuk memberi
minum).
Otong : “Haaciih...!”
(Otong bersin dan tidak jadi minum, bahkan menolaknya).
Ibu : “Mengapa Tong,
mengapa? Minumlah biar sembuh!”
Ayah : “Itu air apa, Bu?
Kok baunya begini?”
Ibu : “(sadar) Ya
Allah...! Ini air dari pispot!” (terus keluar membawa lagi ember). Ucin :
“Ayah, bagaimana kalau kita panggilkan dokter saja?”
Ayah : “Ya, ya..., cepat
kamu lari,
Ucin! Katakanlah kepada
dokter penyakitnya gawat sekali!”
Ucin : “Baik, Ayah!”
(sambil segera keluar).
Otong : “Aduuh....!
Hemmm, hemmm....!”
Ibu : (masuk membawa air
ke dalam gelas) “Ali...Ucin ke mana, Ayah?”
Ayah : “Sedang memanggil
dokter, Bu!”
Ibu : “Dokter? Untuk apa
memanggil dokter?”
Ayah : “Mengobati
penyakit Otong. Nah, itu dokternya datang,”
(Ucin dan dokter masuk
dengan membawa koper berisi alat-alat kedokteran).
Ibu : “Oh, Pak Dokter!
Cepat Pak Dokter, Otong sudah mengkhawatirkan, sembuhkan Dokter, jangan sampai
mati!”
Dokter : “Ya, ya...! Nanti saya periksa dulu!” (Dokter langsung memeriksa).
“Wah ini penyakit berbahaya.”
Ibu :
“Berbahaya? Aduh, aduh!” (mondar-mandir). “Kasihan Otong! Nyawamu tak
tertolong. Gusti...!” (menangis).
Ayah : “Ibu, jangan ribut dulu! Tunggu saja
bagaimana dokter!”
Dokter : “Sabar, Bu, mudah-mudahan
anak ibu bisa tertolong!”
Ayah : “Bagaimana penyakitnya, Dokter?”
Dokter : “Wah, penyakitnya berbahaya.
Ia mesti dioperasi. Ia terserang penyakit kencing batu!”
Ibu : “Kencing batu? (Heran) Batu apa, Dokter?
Batu kali atau batu cincin?”
Dokter : “Batu baterai” (sambil
membuka kopor. Alat operasi dikeluarkan, yaitu gergaji, parang, palu, gunting
kaleng, jarum karung, tang, dan obeng).
Ibu :
“Aduh, aduh, aduh...! Ada gergaji, gunting, palu, dan segala macam, untuk apa
Dokter?”
Dokter : “Parang ini untuk membelah
kulit. Gunting untuk memotong urat, gergaji untuk menggergaji batu yang
menempel pada kandung seni. Kalau batunya besar perlu dipukuli, dihancurkan
dengan palu ini. Coba pegang satu-satu. Nanti kalau saya minta,segera berikan!”
(Dokter memberikan alat-alat tersebut kepada ketiga orang itu). “Awas, operasi
akan segera dimulai. Parang, berikan!”
Ayah : (Memberi parang kepada dokter).
Dokter : “Coba, tangan itu dipegang
oleh seorang. Oleh Ibu saja! Setiap kaki dipegang oleh satu orang. Tahan jangan
sampai bergerak. Operasi segera dimulai. Satu...dua...ti...” (sambil
mengayunkan parang diarahkan ke perut pasien).
Otong : “Tahan, Dokter!” (Otong bangun, dengan paksa melepaskan diri dari pegangan).
“Operasi cara apa, kok begitu?”
Dokter : “Ini operasi istimewa, untuk
mengobati penyakit malas! Bagaimana, mau operasi? Atau sudah sembuh?”
Otong : “Jangan dioperasi Dokter, saya sudah sudah
sembuh!”
Dokter : “Tidak mau malas
lagi?”
Otong : “Tidak, Dokter!”
Dokter :
“Nah, Pa, Bu, anak ibu ini penyakitnya hanya malas, tidak mau bekerja. Sekarang
sudah sembuh!”
Ibu :
“Oh, pantas....Otong, Otong! Kalau tidak mau mencangkul sawah, terus terang
saja. Jangan pura-pura. Membuat orang lain panik!” (maka, semua keluar.
Selesai).
(Sumber: Teks drama “Operasi yang
Sukses” karya M. Hasbi, Rosda 1999)
Analisis unsur drama
1. Tema dari teks drama ini adalah cara menyadarkan seseorang dari sifat malas.
2. tokoh dan penokohan
a. otong : Pemalas, buktinya dapat dilihat dari dialog dokter. “Nah, Pa, Bu, anak ibu ini penyakitnya hanya malas, tidak mau bekerja. Sekarang sudah sembuh!”
b. dokter : cerdas, banyak akal, perduli . Hal ini terlihat dari ide yang dimiliki dokter untuk mengoperasi Otong agar penyakit malasnya hilang.
c. ibu : latah, pesimis, mudah panik, terbukti dari dialog “Berbahaya? Aduh, aduh!” (mondar-mandir). “Kasihan Otong! Nyawamu tak tertolong. Gusti...!” (menangis).
d. ayah : tenang, buktinya , Ayah : “Ibu, jangan ribut dulu! Tunggu saja bagaimana dokter!”
e. Ucin : patuh, bukti
Ayah : “Ya, ya..., cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter penyakitnya gawat sekali!”
Ucin : “Baik, Ayah!” (sambil segera keluar).
3. Latar
Latar cerita drama tersebut terjadi di rumah Otong. Ini terbukti sejak awal, yakni
melalui keterangan pengarang berikut.
Otong : “Aduh! ... Hemm...Heeemmm...! (mengerang karena sakit payah).
Ayah : “Sudah-sudah, turunkan di sini! (tempat tidur diturunkan).
Selain itu, juga keterangan tokoh Ucin yang akan memanggil dokter. Jadi, latar
tempatnya bukanlah rumah sakit.
Ucin : “Ayah, bagaimana kalau kita panggilkan dokter saja?”
Ayah : “Ya, ya..., cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter
penyakitnya gawat sekali!”
4. Amanat
Janganlah malas dan menutupi kemalasan dengan kepura-puraan
Analisis Kebahasaan teks Drama
1. menggunakan kata ganti orang kedua
Ayah : “Ya, ya..., cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter
penyakitnya gawat sekali!”
2. menggunakan kosakata percakapan
Ayah : “Mengobati penyakit Otong. Nah, itu dokternya datang,”
3. menggunakan kata seru
Otong : “Aduh! ... Hemm...Heeemmm...! (mengerang karena sakit payah).
4. menggunakan verba yang menggambarkan peristiwa yang terjadi
Dokter : “Parang ini untuk membelah kulit. Gunting untuk memotong urat, gergaji untuk menggergaji batu yang menempel pada kandung seni. Kalau batunya besar perlu dipukuli, dihancurkan dengan palu ini. Coba pegang satu-satu. Nanti kalau saya minta,segera berikan!” (Dokter memberikan alat-alat tersebut kepada ketiga orang itu). “Awas, operasi akan segera dimulai. Parang, berikan!”
5. menggunakan verba yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
Ibu : “Oh, Pak Dokter! Cepat Pak Dokter, Otong sudah mengkhawatirkan, sembuhkan Dokter, jangan sampai mati!”
6. menggunakan kata sifa (adjektif)
Dokter : “Nah, Pa, Bu, anak ibu ini penyakitnya hanya malas, tidak mau bekerja. Sekarang sudah sembuh!”
Demikianlah analisis teks drama kita kali ini. Pelajari dengan saksama ya!
Terima kasih. Wassalamualaikum W.W.